Bintan – Srikandinews.com. Pak Saban (55) warga Desa Pengujan, Kecamatan Teluk Bintan yang hidup sebatang kara tanpa ada keluarga hidup di pinggiran Desa tidak jauh dari suara derasnya ombak dari lautan, Minggu (18/04/2021).
Sore yang cerah disaat menunggu waktu berbuka puasa saling berbagi itu indah”. Hidup dalam kemiskinan di tengah pandemi Corona yang tak tahu kapan berakhirnya menjadi cobaan yang kini dihadapi Pak Saban. Pria berusia 55 tahun tersebut hidup sebatang kara dalam bangunan rumah yang reyot dan lapuk.
Meski tinggal di rumah selama ini Pak Saban selalu tabah Warga Desa Penghujan Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan tak bisa menikmati fasilitas seperti layaknya masyarakat yang menikmati aliran listrik penuh dengan penerangan di malam hari.
Sehari-hari, Saban mengandalkan hasil dari nelayan yang ia dapatkan ketika turun ke laut demi kelangsungan hidup sebatang kara tanpa ada keluarga. Dia masih tungku yang menggunakan kayu bekas ataupun ranting kayu untuk menghasilkan api yang digunakan untuk memasak apa yang dia hasilkan dari laut. Dan jika ada lebih maka Pak Saban akan menjual hasil tangkapannya.
Meski hidup dalam kemiskinan, Pak Saban tidak membuat patah semangat dalam bertahan hidup dari hasil nelayan dan tetap berusaha hidup mandiri.
Salah satu warga sebagai Tokoh Masyarakat/Pemuda Bintan Bapak Yudi Iskandar bersama Ketua RW disalah satu Desa Pengujan Teluk Bintan berupaya berbagi rezeki pada kesempatan ini untuk mengurangi beban yang di alami oleh Pak Saban memberikan bantuan berupa sembako, sambil mendengar keluh kesah yang di alami Pak Saban.
Saban menyampaikan ribuan terima kasih kepada Bapak Yudi Iskandar yang telah memberikan bantuan berupa sembako di tengah pandemik covid-19, disela sela waktu sambil menunggu berbuka puasa di bulan suci Ramadhan ini 1442 H.
” Yudi Iskandar berpesan agar tetap tabah dalam menjalani kehidupan ini, selalulah sempatkan di setiap doa kita panjatkan kepada Allah, selipkan doa kebaikan baginya. Adapun kita rakyat kecil, suarakan selalu bahwa yang hak itu haq dan yang bathil itu bathil, yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Syiarkan setiap keburukan yang berpotensi menjalar menjadi teladan luas, agar terputus rantai arus keteladanan buruk yang akan menjadi tuntunan berat, ” Ujar Saban saat dihubungi oleh awak media lewat pesan singkat.
(Riyadi)