Nabire – Srikandinews.com. Sungguh memiriskan dialami Rufina Dumupa, warga Siriwini, Distrik Nabire, Kabupaten Nabire. Perempuan yang hamil tua ini harus meregang nyawa bersama bayi di perutnya di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Nabire, Jumat (16/4/2020). Setelah pegawai ASN Kabupaten Dogiyai ini masuk RSUD milik Pemerintah Kabupaten Nabire ini sejak Senin, (12/4/2021) hingga hembuskan nafas terakhir pada Jumat subuh.
Suami korban, Hanok Herison Pigai mengatakan, korban meregang nyawa setelah anak dalam janinnya tak bisa keluar selama empat hari lamanya berada di dalam RSUD yang berlokasi di Siriwini itu.
Dalam kondisi kesakitan itu, kata Pigai, diduga karena kelalaian petugas medis di RSUD Nabire saat melakukan penanganan persalinan.
“Kami sangat menyayangkan tindakan rumah sakit yang seakan tidak memperhatikan istriku saat proses persalinan berlangsung. Kami sudah berusaha keras tapi pihak medis abaikan begitu saja hingga meninggal dunia,” ujar Hanok Herison Pigai, Senin, (19/4/2021)
Istrinya waktu itu sudah mengeluhkan rasa sakit, sehingga dibawa ke rumah sakit tersebut.
“Kami keluarga bawa ke rumah sakit karena permintaan istri,” ujarnya.
Lanjut dia, pada Kamis (9/4), istrinya kembali melakukan kontrol kesehatannya. “Saat itu dokter menawarkan untuk dilakukan operasi, tapi sebelumnya diberikan solusi agar diberi obat perangsang dulu. Kami menandatangani perjanjian untuk operasi,” tuturnya.
Jika dilihat dari kejadian ini, nampaknya tak ada kordinasi kerja yang baik antara sesama perawat terutama bidan dan dokter.
“Jadi kalau setiap orang datang berobat di RSUD Nabire lalu pulang bawah mayat itu benar, kami lihat hasilnya sendiri hari ini. Tadi kami mau hancurkan RSUD ini karena kecewa, tapi tidak sempat. Mereka harus dievaluasi total, kejadian yang sama tak boleh terulang lagi,” ungkapnya kesal.
Emanuel Dumupa, keluarga korban juga mengaku menyesal dengan tindakan pihak RSUD Nabire. Kondisi korban pun kala itu semakin memburuk, pihak keluarga telah berupaya minta pertolongan namun tak digubris.
“Selama empat hari dibiarkan begitu saja pembiaran. Kaka saya tidak bisa buat apa, kondisi lemas, wajah pucat, tetapi tidak ditanggapi,” beber Dumupa yang berprofesi sebagai penerbang ini.
Akibat tidak ditangani dengan serius, kata dia, Jumat (16/4) dini hari sekitar pukul 04.00 WP, saudarinya bersama bayi di dalam perutnya meninggal dunia. “Beberapa saat sebelum kaka saya meninggal, kami keluarga sudah memanggil perawat tapi terlambat. Kakaku saya sudah meninggal,” ungkapnya.
Sementara itu, saat dikonfirmasi, pihak RSUD Nabire melalui Direktur Utama dr. Andreas Pekei mengaku, belum mengetahui sehingga ia akan mengecek ke dalam.
“Belum dengar info itu. Nanti saya cek dulu,” ujar dokter Pekei balasnya.
Ia bahkan turut bersedih atas kematian tersebut. “Kasihan saudara perempuan itu, dulu sering datang berobat ke saya di poli,” ucapnya.
(Red)