Kepri – Srikandinews.Com. Suhu politik pada pemilu Kepala Daerah di Kepri semakin menunjukkan derajat panas yang cukup luar biasa. Meskipun sudah ada dua (2) pasang bakal calon Gubernur Kepri yang sudah mendapatkan tiket partai pengusung secara final, hiruk pikuk bakal calon lainnya yang masih mencari perahu pendukung tampak menghiasi pemberitaan local, dan bahkan menjadi perbincangan hangat dikedai kopi, seperti yang tepantau oleh awak media ini sejak pagi (24/07/2020)) hingga berita ini diterbitkan.
Terdapat rilis hasil survey Indo Barometer per hari ini (Jumat, 24/7/2020-red) yang menempatkan nama bacagub Isdianto pada posisi teratas dengan hasil survey elektabilitas sebesar 36,3%, kemudian disusul bacagub Ansar Ahmad dengan hasil survey elektabilitas sebesar 19,9%, kemudian pada posisi terbawah bacagub Soeryo Respationo dengan nilai elektabilitas sebesar 16,8%. Melihat angka-angka yang dirilis ini, dan pemberitaan yang dimuat oleh beberapa media online local, mendapat tanggapan dari Pakar Kebijakan Publik dan Governace.
Chandra Dinata,S.Sos.MPA mengatakan, bahwa survey itu merupakan salah satu alat dalam dunia akademik untuk mengetahui satu fenomena sosial, jadi metode survey yang dilakukan juga syarat dengan pentahapan, teknik-teknik samplingnya, sampai pada tingkat persentase margin eror nya dengan tujuan menjaga informasi yang valid dan reliable, ungkapnya.
“Membaca perkembangan politik yang masuk pada penggiringan opini melalui lembaga-lembaga survey memang lumrah dilakukan oleh para kontestan, terutama pada pemilu kepala daerah belakangan ini.
Seperti yang diketahui, lembaga survey Indo Barometer merupakan salah satu lembaga riset independen, yang memotret perilaku sosial-politik masyarakat Indonesia secara berkala, sehingga lembaga survey ini cukup kredibel dan sangat diperhitungkan di Indonesia.
Chandra mengatakan,” Dari hasil survey elektabilitas yang publikasikan oleh salah satu media yang menampilkan hasil indo barometer, terkait dengan elektabilitas bacagub Kepri, bahwa tidak disebutkan sebaran respondennya. Jadi angka-angka yang disebut kan bisa saja dengan dugaan, satu kelurahan dimana tempat tinggal bakal calon kemudian disurvey, ya jelas memperoleh angka yang tinggi,” Ungkapnya dengan nada gurauan.
Dirinya menambahkan, pihaknya pernah memiliki pengalaman monev dengan survey panel dampak kebijakan di beberapa daerah di Indonesia, mengatakan bahwa lembaga survey itu memiliki kode etik dalam penarikan kesimpulan hasil survey serta mempublikasikannya, apalagi sekilas Indo Barometer, tak mungkin merilis hasil survey nya seperti yang diberitakan di media online local ucap Chandra”
( Wak Obet )