Tanjungpinang – Srikandinews.Com. Bimantoro dengan NIM 19103011 dari
Mahasiswa Stisipol Raja Haji Tanjungpinang jurusan Sosiologi menyampaikan pendapatnya terhadap puluhan ribu orang meninggal dunia di Indonesia akibat covid-19 yang hingga kini masih menjadi pandemi dunia, Selasa (12/01/2020).
Belum ada obat hingga vaksin menjadi salah satu pemicunya. Saat pandemi, kebiasaan manusia di sesuaikan untuk menghindari semakin meluasnya wabah. Tak ada cara untuk meminggirkan kekhawatiran dan menormalkan kehidupan, selain dengan menciptakan vaksin. Masalahnya, penciptaan vaksin butuh waktu lama, bertahun-tahun bahkan puluhan tahun.
Contohnya seperti AIDS yang di sebabkan virus HIV. Mewabah sejak 1981, penyakit ini masih belum ada vaksinnya. Apa sebabnya ? Pembuatan vaksin memang berliku, setidaknya ada 7 proses, yang terdiri dari yang pertama penemuan yang kedua riset yang ketiga pruf of concept proklinis yang ke empat pengembangan, yang kelima pelisension, yang ke enam peluncuran yang ke tujuh di gunakan oleh public.
Tapi sekarang vaksin covid-19 di upayakan untuk di produksi cepat. Vaksin pertama kemungkinan bisa siap dalam 18 bulan, salah satu upaya pembuatan vaksin akan memberi kita vaksin dalam 18 bulan ke depan. Sekarang sudah ada 8 calon vaksin dalam tahap uji klinis, bagaimana cara vaksin dengan cara ekspres?.
Pertama beberapa prosesnya di jalankan secara simultan. Proses proklinis yang biasanya butuh waktu 5 – 10 tahun, bisa saja di sebut dalam waktu 6 – 9 bulan. Jangka waktu ini juga di terapkan pada proses uji klinis. Seperti yang kita ketahui kemarin uji klinis sudah di lakukan, berarti tidak sampai 4 bulan, kalau kita lihat dari hitungan setelah akhir desember.
Nah itu sudah jelas memang ada percepatan dari uji vaksin tersebut, itu tetap dalam quality control, quality assurance, jadi tetap harus mengikuti semua peraturan-peraturan untuk vaksin. Percepatan perkembangan vaksin juga di dukung dari perkembangan teknologi. Kita sekarang ini sudah punya teknologi-teknologi terbaru, tapi kita bisa punya pilihan-pilihan, dimana ada cara-cara untuk kita mengembangkan vaksin tidak langsung dengan virusnya.
Tapi kita memanfaatkan hanya informasi genetic dari virus tersebut. Kita sekarang sering dengar untuk covid-19 ada vaksin DNA, ada vaksin RNA. Ini adalah next generation technology. Yang memang memang jauh lebih cepat di bandingkan kalau pakai empirical apporoach yang biasa di gunakan. Vaksin model lama memakai bagian dari virus yang di lemahkan, lalu di suntikkan agar seseorang memproduksi anti bodi.
Vaksin DNA dan vaksin RNA tak memakai virus tadi. Melainkan gen virus hasil rekayasa genitika. Saat di suntikan ke tubuh, DNA atau RNA itu di ubah menjadi protein virus. Selanjutnya tubuh memproduksi antibody untuk melawan protein tersebut. Vaksin RNA juga tidak perlu di kultur dan di murnikan dalam jumlah besar. Sehingga jauh lebih cepat untuk di produksi.
Selama ini belum pernah ada yang membuat vaksin RNA untuk manusia, jika benar vaksin bisa tercipta dalam waktu kurang dari dua tahun, artinya dunia kesehatan mengalami terobosan, namun, sampai saat itu sungguh terjadi, manusia harus beradaptasi dengan normal baru.
Jaga jarak, penggunaan masker, dan protokol pencegahan lainnya mesti jadi keumuman hingga kita benar-benar aman.
Vaksin bukan satu-satunya cara untuk menghentikan pandemi covid-19. Sebab, wabah virus covid-19 sebelumnya, seperti sars-cov dan mers-cov berhasil di hentikan tanpa vaksin.
Masyarakat harus disiplin melaksanakan upaya pencegahan penularan, tidak boleh kendor sama sekali, jangan terburu-buru menyimpulkan vaksin yang sedang di uji klinis saat ini pasti akan efektif dan sudah pasti menjadi pilihan untuk di edarkan. Ini termasuk kesimpulan yang terlalu dini. Dalam program vaksinasi ini, pemerintah telah menyiapkan 3,8 triliun rupiah dalam APBN 2020 untuk pengadaan, distribusi hingga penyuntikan.
Sedangkan tahun depan anggaran di alokasikan meningkat menjadi 18 triliun rupiah. Pemerintah menargetkan januari 2021, vaksinasi covid-19 segera di lakukan bagi 140 juta warga untuk tahap pertama. Vaksinasi ini di harapkan bisa menjadi langkah untuk mencegah terjadinya penularan virus covid-19.
Apa benar vaksin itu jadi penyelamat dan solusi atasi pandemi? Mampukah pemerintah menargetkan vaksinasi massal awal tahun depan.
Di tengah ketidakpastian kapan covid-19 berakhir, muncul secercah harapan. Pemerintah Indonesia dan perusahaan Sinovac Biotech asal china, menyepakati 50 juta calon vaksin untuk Indonesia. Boks vaksin hingga 40 juta dosis vaksin,mulai November 2020 hingga maret 2021.
Tapi muncul suara sumbang, mengapa pemerintah memilih bekerja sama dengan china. Menjawab keriuhan tersebut menteri BUMN yang juga Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, mengatakan alasan memilih vaksin Sinovac karena pemerintah Indonesia melihat china lebih terdepan dibandingkan dengan negara yang lain.
” Bio farma itu bisa juga buat vaksin,15 macam dengan kapasitas 2 milyar. Alasan bio farma pilih Sinovac karena yang pertama perusahaan yang selesai di uji klinis fase 1 vaksin Sars.yang kedua berpengalaman produksi vaksin mini,yang ketiga memiliki WHO pre-qualification untuk fasilitas produksi dan produknya,yang keempat paling maju dan tercepat kembangkan vaksin covid-19,yang kelima Platform yang Sinovac sama dengan milik bio farma, ” Ujarnya kepada awak media.
(Red)